Minggu, 11 September 2011

DEVELOPING SCHOOL-BASED CURRICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS IN INDONESIA by Marsigit

Title : DEVELOPING SCHOOL-BASED CURRICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS IN INDONESIA
BY : Dr. MARSIGIT, M.A
IKHTISAR OLEH : DESSY R. FITRIYANI (09313244026)
HARI/TANGGAL : JUM’AT, 9 SEPTEMBER 2011

Pada tahun akademik 2006/2007 pemerintah Indonesia berusaha untuk mengambil tindakan untuk menerapkan sekolah berbasis kurikulum baru untuk pendidikan dasar dan menengah. Sejak 1968/1969, pendekatan yang lebih sistematis untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia sudah mulai sangat jelas. Pendekatan untuk mengembangkan sendiri telah dirancang sedemikian rupa seingga tujuan-tujuan kurikuler dapat diturunkan secara logis dari nasional dan sitem-lebar tujuan dan kemudian dipecah menjadi hirarki yang tepat sesuai tujuan instruksional, dan pembelajaran yang dapat dibuat secara individual dan menjadikan guru sebagai “guru-bukti” bahwa sisawa dapat belajar menurut apa yang mereka butuhkan dengan bantuan seminimal mungkin dari guru tersebut.
Sayangnya pada tahun 1984, bukti mendekatan bahwa pendekatan yang telah dilakukan pemerintah dianggap tidak mampu memobilisasi sumber daya dan untuk memulai model untuk aplikasi nasional.berdasarkan hal tersebut banyak fakta mengenai penguasaan konsep matematika pada anak-anak serta keterampilan proses matematika sangat rendah.
Upaya saat ini untuk meningkatkan pendidikan matematika di Indonesia meliputi kerjasama untuk melaksanakan kegiatan piloting pengajaran matematika di sekolah-sekolah SMP di beberapa daerah Negara (Marsigit,2003). Pengembangan kurikulum membuthkan kajian komprehensif dan mendalam semua aspek yang terlibat, setidaknya ada enam prinsip sebagai panduan (Marsigit 2003) :1)kesempatan untuk belajar matematika untuk semua, 2) kurikulum yang tidak hanya koleksi materi tetapi harus mencerminkan kegiatan matematika koheren3) pembelajaran matematika membutuhkan teori yang menyeluruh tentang kegiatan siswa, kesiapan mereka untuk belajar dan peran guru memfasilitasi belajar mereka, 4) kesempatan kepada pelajar untuk mengembangkan matematika mereka konsep, 5) kebutuhan untuk mengembangkan penilaian tertanam untuk proses belajar mengajar, 6) menggunakan berbagai jenis sumber belajar mengajar.
Standar Kompetensi Nasional yang telah dikembangkan oleh pemerintah akan diuraikan menjadi kompetensi dasar itu adalah kompetensi minimum yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi afektif, kognitif dan psikomotor kompetensi. Dari situlah, pemerintah Indonesia telah mengembankan pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung implementasi Sekolah Berbasis Kurikulum, yang berarti pemerintah mendorong para guru untuk mengembangkan kecakapan hidup para siswa dengan menggunakan lingkungan secara optimal serta mendukung kegiatan siswa.
Implikasi pelaksanaan kurikulum berbasis sekolah untuk matematika siswa SMP yaitu: a) memberikan para siswa kesempatan untuk meemukan dan menyelidiki pola, dan menggambarkan dan merekam hubungan mereka menemukan; b) mendorong ekplorasi dan bereksperimen dan mencoba hal-hal dalam cara yang berbeda sebanyak mungkin; c) mendesak para siswa untuk mencari konsistensi atau inkosistensi, kesamaan atau perbedaan, cara memesan atau mengatur, cara menggabungkan atau memisahkan; d) membantu siswa untuk menggeneralisasikan penemuan mereka.
Matematika adalah mencari pola dan hubungan. Matematika adalah kegiatan kreatif, yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan. Matematika adalah cara pemecahan masalah. Matematika adalah sarana mengkomunikasikan informasi atau ide-ide.
Implikasi pelaksanaan kurikulum berbasis sekolah untuk siswa di SMP harus dapar memastikan bahwa pengajaran-Nya menyediakan kesenangan dan kenikmatan. Dalam pemantauan pelaksanaan kurikulum berbasis sekolah amasih banyak ditemukannya banyak guru masih memiliki masalah dalam melaksanakan Standar Kompensi Nasional dan Kompetensi Dasar dan kendala dari pelaksanaan kurikulum baru.
Akibat dari perubahan semua aspek kehidupan secara cepat, sekolah berebasis kurikulum dapat menjadi titik awal untuk guru matematika di Indonesia untuk mencerminkan dan memindahkan paradigma lama mereka mengajar. Hal ini akan mendorong para guru untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan berbeda dalam membuat pilihan informasi dan bila perlu siap untuk mempelajari keterampilan baru dalam kepentingan belajar mengajar yang efektif.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika pemerintah pusat perlu: (1) Mendefinisikan kembali peran guru yaitu harus memfasilitasi siswa untuk belajar, (2) mendefinisikan kembali peran kepala sekolah yaitu mereka harus mendukung pengembangan profesional guru dengan memungkinkan mereka untuk menghadiri dan berpartisipasi dalam ilmiah, pertemuan dan pelatihan, (3) mendefinisikan kembali peran sekolah yaitu mereka harus mempromosikan manajemen berbasis sekolah, (4) mendefinisikan kembali peran pengawas yaitu mereka perlu memiliki yang sama latar belakang dengan guru mereka mengawasi agar dapat melakukan supervisi akademik, (5) (6) mempromosikan kolaborasi yang lebih baik antara sekolah dan universitas (7) mendefinisikan sistem evaluasi nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar