Title : The Iceberg Approach of Learning Fractions in Junior High School:
Teachers’ Simulations of Prior to Lesson Study Activities
By : Dr. Marsigit, M.A
Ikhtisar oleh : Dessy R. Fitriyani (09313244026)
Hari/Tanggal : Rabu/ 14 September 2011
Standar Nasional Matematika Pengajaran di Indonesia adalah kompetensi minimum yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi afektif, kognitif dan psikomotor kompetensi. Ini berarti bahwa pemerintah mendorong para guru untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa dengan menggunakan lingkungan optimal untuk mendukung kegiatan siswa. Matematika di Sekolah SMP memiliki perusahaan berfungsi untuk mendorong siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu berkolaborasi dengan orang lain.
Dalam matematika dasar para siswa diharapkan dapat memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi matematika kontekstual dan realistis. Sehingga dalam memecahkan masalah, siswa dapat aktif dan kreatif mengembangkan banyak cara alternative untuk mengembangkan model matematika dan memperkirakan hasilnya. Pendekatan kontekstual dan realitisa adalah pengajaran yang perlu dikembangkan oleh guru utuk mendorong pemikiran matematika di sekolah dasar. Guru juga perlu mengembangkan sumber daya ajar seperti alat bantu, teknologi dan media lainya untuk membuat pengajaran menjadi lebih efektif dan antusias terhadap pelajaran.
1. Matematika realistik
Menurut Zulkardi matematika harus dekat degan anak dan relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari dan kata ‘realistis’ senditi bukan hanya koneksi dengan dunia nyata tapi juga mengacu pada masalah yang ada pada pikiran siswa.
Dua jenis dari matematisasi yang dirumuskan secara eksplisit dalam konteks pendidikan oleh Treffers, 1987 di Zulkardi 2006 adalah horizontal dan vertical matematik. Dalam horizontal matematika, para siswa datang dengan alat-alat matematika yang dapat membantu untuk mengatur dan memecahkan masalah terletak dalam situasi kehidupan nyata. Contoh dari horizontal matematika adalah mengeidentifikasi atau menjelaskan matematika spesifik dalam konteks umum, skemating, merumuskan dan mengvisualisasikan masalah dengan cara yang berbeda, dll.
Sedangkan, matematika vertical adalah proses reorganisasi dalam sistem matematika itu sendiri.
Gambar di atas ini adalah pendekatan ‘Gunung Es’ sebagai titik awal urutan belajar yang memberikan pengalaman nyata kepada siswa sehingga mereka melibatkan langsung dalm kegiatan matematika pribadi. Pendekatan ini harus digunakan melalui potensi belajar urutan
2. Pengajaran Fraksi
Emilie Naiser A.,dkk (2009) menunjukkan bahwa dalam pecahan guru perlu:
1. Memastikan siswa telah menguasai keterampilan prasayarat untuk tugas yang harus dipelajari
2. Memperkenalkan instruksi keterampilan tugas yang akan dipelajari dengan demonstrasi yang singkat dan jelas.
3. Memperkenalkan bahan ajar yang konkret sebelum melanjutkan ke masalah semi-konkret dan kemudian abstrak.
4. Memastikan contoh dari bahan ajar memberikan kesempatan berlatih agar siswa cukup menguasai penyelesaian masalah.
5. Memastikan contoh-contoh pengajaran termasuk dari semua jenis masalah dan bervariasi.
6. Memberikan instruksi yang sisematis tentang diskriminasi antara jenis masalah yang berbeda agar memungkinkan siswa mengetahui solusi mana yang harus digunakan.
7. Mengadakan kegiatan praktek yang dipandu (mengikuti demonstrasi guru) sebelum bekerja secara independen ( yaitu, guru dan siswa bekerja dalam beberapa masalah).
Dalam mengembangkan model ‘gunung es’ dalam mengajar, para guru diharapkan untuk membuat siswa cenderung memikirkan pecahan tidak hanya sebagai angka, tetapi juga proporsi atau bilangan rasional. Meskipun dengan model ‘gunung es’ siswa dapat membangun konsep-konsep mereka sendiri mengenai pecahan, tetapi masih ada kesulitan bagi siswa untuk memecahkan masalah yang diungkapkan secara simbolis, namun mampu memecahkan masalah dalam dunia nyata. Para guru menemukan bahwa materi pecahan akan menjadi tugas yang abstrak dan sulit bagi siswa, namun mereka juga menemukan model ‘gunung es’ merupakan pendekatan yang sangat penting dan berguna untuk mengajar pecahan di SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar